Jumat, 10 Mei 2013

Tugas 4


Tingkat Gizi Buruk di Indonesia masih Tinggi
Abstrak: Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
I.         Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Walaupun Negara kita, Indonesia sudah mendapat kemerdekaannya secara penuh namun masih banyak kasus gizi buruk yang terjadi, bahkan tiap tahun ke tahun selalu terjadi peningkatan dalam masalah ini. Langkah maupun upaya pemerintah belum maksimal dalam menggapi masalah gizi buruk ini.
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manuasia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human Development Index (HDI).
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5 % (1989) menjadi 24,6 % (2000). Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat.
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

B.     Landasan Teori
·         Kajian Talcott Parsons
Teori Parsons (Struktural Fungsional) yang memberikan prioritas pada masyarakat. Masyarakat mendahului individu dan individu dibentuk dan dicetak sebagai yang memiliki kepribadian sosial menurut lingkungan sosialnya. Kepentingan pribadi individu mencerminkan ”kesadaran kolektif” atau sistem nilai masyarakat itu pada umumnya. Suatu prinsip dasarnya bahwa tindakan sosial itu diarahkan pada tujuannya dan diatur secara normatif.
Dalam teori Parsons penting untuk mengetahui bagaimana orientasi subyektif yang terdapat pada individu-individu yang berbeda cocok satu sama lain atau menghasilkan tindakan-tindakan yang saling tergantung yang membentuk suatu sistem sosial. Dalam hal ini Parson membedakan tiga unsur pokok dari tindakan warga masyarakat, yakni sistem kepribadian, sistem sosial, dan sistem budaya.
·         Kajian Clifford Geertz (Makna Simbolik pada Makanan)
Geertz (dalam Achmad Fedyani Saifuddin, 2006 : 298) memandang konteks kebudayaan bukan sebagai seperangkat proposisi umum, melainkan sebagai jaringan makna yang dirajut manusia dan didalamnya mereka mengoperasionalisasikan seolah mereka melaksanakan kegiatan sehari-hari. Menurutnya kebudayaan terdiri dari struktur-struktur makna yang dibangun secara sosial.
Dalam kaitannya dengan makanan, setiap masyarakat memberikan makna simbolik tertentu terhadap makanan.  Menurut Sudarti (1989 : 68 – 69) di dalam hampir semua masyarakat makanan berfungsi sebagai alat mengadakan interaksi sosial.
·      Kajian Lawrence Green (Determinan Perilaku)
Green – Teori Lawrence Green – (dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2007 :178 – 179) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes).

II.      Pembahasan
Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.
Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadangan nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
KapanLagi.com - Kekurangan gizi anak pada masa kehamilan ibu dan usia dini anak selain menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik, juga akan mengganggu perkembangan kognitif yang menyebabkan berkurangnya IQ (intelligence quotient) hingga 15 poin.
Menurut Pakar Gizi, Prof dr Fasli Jalal PhD, yang juga menjabat Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas di Jakarta, Rabu (29/4), hal itu berarti Indonesia berpotensi kehilangan poin IQ mencapai 17-22 juta poin akibat adanya 1,7 juta anak balita menderita gizi buruk pada 2005.
"Iodium adalah zat gizi mikro yang paling penting dalam mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan intelektual, melambatnya psikomotor dan menyebabkan keterbelakangan mental," katanya.
Fasli yang baru saja dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap dalam bidang Ilmu Gizi pada Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu menyebutkan dalam makalahnya, kebutuhan gizi dibagi atas dua bagian yaitu kebutuhan zat-zat gizi makro seperti energi, protein dan lemak dan kebutuhan zat gizi mikro yakni vitamin dan mineral.
Zat gizi makro berfungsi pada proses metabolisme otak dan peningkatan efisiensi proses rangsangan otak, sehingga kekurangan gizi makro menyebabkan terganggunya asupan makanan ke otak dan terganggunya proses metabolisme otak, ujarnya.
Kekurangan asupan protein-energi pada ibu hamil muda di bawah 24 minggu akan menyebabkan jumlah sel-sel otak anaknya berkurang dan kekurangan asupan ini pada akhir kehamilan menyebabkan ukuran sel syaraf anaknya menjadi kecil.
"Kekurangan asupan protein-energi yang berat pada ibu hamil dapat menurunkan berat otak anak sampai 25 persen," katanya mengutip pakar gizi lainnya.
Energi, ujarnya sangat dibutuhkan otak. Selain untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan otak, energi diperlukan untuk metabolisme sel-sel syaraf. Demikian juga lemak yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak di mana lebih dari 60 persen berat otak adalah lemak.
Sedangkan zat gizi mikro seperti iodium, asam folat, zat besi, seng, tembaga, vitamin, dan cholin, diperlukan dalam pertumbuhan otak.
Asam folat berfungsi untuk pembentukan tabung syaraf, zat besi untuk pembentukan mielin, monoamin dan mendukung metabolisme energi di sel syaraf dan sel glia, yang diperlukan untuk pembentukan DNA, tembaga untuk metabolisme energi sel syaraf dan sel glia, dan cholin untuk membentuk neurotransmitter, metilasi DNA dan pembentukan mielin, urainya.
Sedangkan Vitamin D berperan pada kemampuan daya ingat, kontrol motorik dan keseimbangan emosi, vitamin A untuk pembentukan struktur sel syaraf, vitamin E berfungsi dalam proteksi dari membran sel-sel syaraf, vitamin B6 dan B12 untuk pembentukan neurotransmitter, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan vitamin B1 memproduksi energi.
A.    Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1.      Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2.      Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
1.      Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2.      Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3.      Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
1.      Keluarga miskin
2.      Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3.      Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
B.       Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.

C.     Tipe Gizi Buruk
Tipe gizi buruk terbagi menjadi tiga tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor.
·         Kwasiorkor
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
1.      Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
2.      Pandangan mata sayu
3.      Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
4.      Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5.      Terjadi pembesaran hati
6.      Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7.      Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8.      Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9.      Anemia dan diare.

·         Marasmus
Marasmus memiliki ciri-ciri:
1.      Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2.      Wajah seperti orang tua
3.      Mudah menangis/cengeng dan rewel
4.      Kulit menjadi keriput
5.      Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6.      Perut cekung, dan iga gambang
7.      Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8.      Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).




·         Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
D.    Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak
1.      Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2.      Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.      Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.      Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5.      Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
E.     Gagal Tumbuh
Gagal tumbuh adalah bayi atau anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya.
·      Tanda-tanda gagal tumbuh:
1.      Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal
2.      Hilangnya lemak dibawah kulit secara signifikan
3.      Berkurangya massa otot
4.      Infeksi berulang.
·         Faktor penyebab gagal tumbuh
1.      Faktor sosial, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pentingya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak.
2.      Faktor kemiskinan, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar sering kali tidak bisa dipenuhi.
3.      Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan.
4.      Infeksi, disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
F.      Pengobatan Gizi Buruk
1.      Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.
2.      Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.

III.   Kesimpulan
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Penyebab gizi buruk banyak salah satunya adalah kurangnya asupan gizi dari makanan.





Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar