BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pasar merupakan tulang
punggung perekonomian masyarakat, baik masyarakat yang berada dikalangan kelas
bawah ataupun masyarakat kalangan kelas atas. Pasar juga merupakan proses
hubungan timbale balik antara penjual dan pembeli untuk mencapai kesepakatan
harga dan jumlah suatu barang/jasa yang diperjualbelikan. Semua unsur yang
berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar oligopoly mulai dari unsur
produksi, distribusi, ataupun unsur konsumsi.
Dalam pasar oligopoly,
setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan
permainan-permainan pasar, dimana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak tanduk pesaing mereka.
Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga
dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing
mereka.
Praktek ologopoli
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan
potensial untuk masuk kedalam pasar dan juga perusahaan-perusahaan melakukan
oligopoly sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal dibawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual, sehingga menyebabkan kompetisi harga
diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoly menjadi tidah ada.
Dalam Undang-Undang No
5 Tahun 1999, oligopoli dikelompokkan ke dalam kategori perjanjian yang
dilarang, padahal umumnya oligopoly terjadi melalui ketertarikan reaksi,
khususnya pada barang-barang yang bersifat homogen atau identik dengan kartel (
kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga untuk membatasi
suplai dan kompetisi), sehingga ketentuan yang mengatur mengenai oligopoly mengatur mengenai kartel.
2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa pengertian/definisi dari
pasar oligopoli,2.
2. Dapat mengenal karakteristik dari
pasar oligopoly,
3. Mengetahui apa-apa saja
faktor-faktor yang menyebabkan terbentuknya pasar oligopoli,
4. Mengetahui hubungan antara
perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoli,
5. Mengenal model-model oligopoli,
6. Mengetahui jenis-jenis pasar
oligopoli,
7. Dapat mengetahui kelebihan dan
kekurangan pasar oligopoli,
8. Mengetahui hambatan-hambatan dalam
persaingan oligopoli,
9. Mengetahui contoh-contoh yang
berhubungan dengan pasar oligopoli.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pasar Oligopoly
Istilah
oligopoly berarti beberapa penjual. Beberapa penjual di dalam konteks ini
maksudnya dimana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan.
Beberapa dapat berarti paling sedikit dua dan paling banyak sepuluh sampai
limabelas perusahaan. Pasar oligopoly merupakan suatu struktur pasar dimana
hanya terdapat beberapa produsen yang menghasilkan barang-barang yang bersaing.
Jika pasar oligopoly hanya terdiri dari dua perusahaan saja maka disebut duopoly.
2. Karakteristik Pasar
Oligopoli
Dari
pengertian yang dikemukakan sebelumnya dapat dilihat beberapa karakter dari
pasar oligopoly yaitu sebagai berikut:
a. Hanya
Sedikit Perusahaan Dalam Industri ( Few Number of Firms)
Secara teoristik sulit
sekali unruk menetepkan berapa jumlah perusahaan didalam pasar, agar dapat
dikatakan oligopoly. Namun untuk dasar analisis biasanya jumlah perusahaan
diasumsikan kurang dari sepuluh. Dalam kasusu tersebut hanya dua perusahaan (
duopoly). Kekuatan perusahaan-perusahaan dalam industry dapat diukur dengan
menghitung rasio konsentrasi (concentration ration). Rasio konsentrasi
menghitung berapa persen output dalam pasar oligopoly dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan yang dominan (empat sampai dengan delapan perusahaan).
Jika rasio konsentrasi empat perusahaan (four firms concentration ratio atau
CR4) adalah 60%, berarti
60% output dalam industry dikuasai oleh empat perusahaan besar. CR4 yang
semakin kecil mencerminkan struktur pasar yang semakin bersaing sempurna. Pasar
suatu industry dinyatakan brstruktur oligopolistik apabila CR4 melebihi 40%.
Dapat juga diukur delapan perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya. Jika CR8 80%,
berarti 80% penjualan output dalam industry dikuasai oleh delapan perusahaan
terbesar.
b. Produk
Homogen atau Terdiferensiasi (Homogen or Diferentiated Product)
Dilihat
dari sifat output yang dihasilkan, pasar oligopoli merupakan peralihan antara
persaingan sempurna dengan monopoli. Perbedaan sifat output yang dihasilkan
akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam mencapai kondisi optimal (laba
maksimum). Jika dalam pasar persaingan sempurna perusahaan mengatur jumlah
output (output strategy) untuk meningkatkan laba, dalam pasar monopoli hanya
satu perusahaan yang mampu mengendalikan harga dan output, maka dalam pasar
oligopoli bentuk persaingan antar perusahaan adalah persaingan harga (pricing
strategy) dan non harga (non pricing strategy). Contoh pasar oligopoli yang
menghasilkan produk diferensiasi adalah industri mobil, rokok, film kamera.
Sedangkan yang menghasilkan produk homogen adalah industri baja, pipa, paralon,
seng dan kertas. Penggolongan ini mempunyai arti penting dalam menganalisis
pasar yang oligopolistik. Semakin besar tingkat diferensinya, perusahaan makin
tidak tergantung pada kegiatan perusahaan-perusahaan lainnya. Berarti oligopoli
dengan produk diferensiasi dapat lebih mudah memprediksi reaksi-reaksi dari
perusahaan-perusahaan lawan. Di luar unsur modal, rintangan untuk masuk ke
dalam industri oligopoli yang menghasilkan produk homogen lebih sedikit, karena
pada industri oligopoli dengan produk diferensiasi sangat berkaitan dengan
loyalitas konsumen terhadap produk (merek) tertentu.
c.
Pengembalian Keputusan yang
Saling Mempengaruhi (Interdependence Decisions)
Keputusan
perusahaan dalam menentukan harga dan jumlah output akan mempengaruhi
perusahaan lainnya, baik yang sudah ada (existing firms) maupun yang masih di
luar industri (potensial firms). Karenanya guna menahan perusahaan potensial
untuk masuk industri, perusahaan yang sudah ada menempuh strategi menetapkan
harga jual terbatas (limiting prices) yang membuat perusahaan menikmati laba
super normal di bawah tingkat maksimum.
d.
Kompetensi Non Harga ( Non
Pricing Competition)
Dalam upayanya
mencapai kondisi optimal, perushaan tidak hanya bersaing dalam harga, namun
juga non harga. Adapun bentuk-bentuk kompetisi non harga antara lain dapat
berupa sebagai berikut:
·
Pelayanan purna jual serta
iklan untuk memberikan informasi
·
Membentuk citra yang baik terhadap perusahaan
dan merek
·
Mempengaruhi perilaku konsumen
Keputusan investi
yang akurat diperlukan agar perusahaan dapat berjalan dengan tingkat efisiensi
yang sangat tinggi. Tidak tertutup kemungkinan perusahaan melakukan kegiatan
intelijen industry untuk memperoleh informasi (mengetahui) keadaam, kekuatan
dan kelemahan pesaing nyata maupun potensial. Informasi-informasi ini sangat
penting agar perusahaan dapat memprediksi reaksi pasaing terhadap setiap
keputusan yang diambil.
3.
Faktor-Faktor Penyebab Terbentuknya Pasar Oligopoli
Ada dua factor
penting yang menyebabkan terbentuknya pasar oligopoly yaitu sebagai berikut:
a.
Efisien Skala Besar
Dalam
dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri mobil, semen,
kertas, pupuk dan peralatan mesin umumnya berstruktur oligopoli. Teknologi
padat modal (capital intensive) yang dibutuhkan dalam proses produksi
menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata minimum) baru tercapai bila output
diproduksi dalam skala sangat besar. Dalam industri mobil, untuk satu jenis,
skala efisiensi baru tercapai jika produksi mobil minimal 50.000 sampai 100.000
unit per tahun. Bila perusahaan memproduksi tiga jenis mobil saja, output
minimal seluruhnya antara 200.000 – 300.000 unit per tahun. Selanjutnya bila
biaya produksi per mobil puluhan juta rupiah, maka dana yang dibutuhkan untuk
memproduksi sebanyak ratusan miliyar rupiah per tahun. Jika dihitung dengan
biaya investasi awal, maka perusahaan yang ingin memasuki industri mobil harus
menyiapkan dana triliunan rupiah.
Keadaan tersebut merupakan hambatan untuk masuk (barries to entry) bagi
perusahaan-perusahaan pesaing. Tidak mengherankan jika dalam pasar oligopoli
hanya terdapat sedikit produsen.
b.
Kompleksitas Manajemen
Berbeda
dengan tiga struktur pasar lainnya (persaingan sempurna, monopoli, dan
persaingan monopolistik), struktur pasar oligopoli ditandai dengan kompetisi
harga dan non harga. Perusahaan juga harus cermat memperhitungkan setiap
keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari perusahaan pesaing.
Karena itu dalam industri oligopoli, kemampuan keuangan yang besar saja tidak
cukup sebagai modal untuk bertahan dalam industri. Perusahaan juga harus
memiliki kemampuan manajemen yang sangat baik agar mampu bertahan dalam
struktur industri yang persaingannya begitu kompleks. Tidak banyak perusahaan
yang memiliki kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya
terdapat sedikit produsen.
4. Penilaian Terhadap
Pasar Oligopoli
Penilaian
terhadap pasar oligopoly didasarkan kepada:
a. Efisiensi dalam Menggunakan Sumber-sumber Daya
Efisiensi
penggunaan factor-faktor produksi akan tercapai saat marginal cost sama dengan
marginal revenue. Kedaan ini hanya mungkin tercapai apabila tingkat harga
adalah sama dengan biaya rata-rata yang paling rendah ( ditunjukan oleh titik
paling rendah dalam kurva AC). Pada umumnya keadaan ini tidak dicapai oleh
perusahaan oligopoly. Dengan demikian dipandang dari sudut efisiensi ini
perusahaan oligopoly tidak menggunakan sumber-sumber daya secara efisien,
meskipun demikian dipandang dari sudut skala ekonomis yang mungkin diperoleh,
terdapat kemungkinan bahwa perusahaan oligopoly akan memproduksi komoditas
dengan biaya yang lebih rendah dari perusahaan dalam persaingan sempurna. Dalam
industry dimana skala ekonomis akan terus menerus dinikmati sehingga tingkat
produksi adalah sangat tinggi, lebih efisien apabila industry itu teridi dari
beberapa perusahaan, apabila industry terdiri dari banyak perusahaan seperti
yang didapati dalam pasar persaingan sempurna. Apabila industry tersebut
terdiri dari banyak perusahaan, setiap perusahaan hanya akan menghasilkan
memproduksi pada tingkat produksi yang sangat rendah dan tidak menikmati skala
ekonomis. Dengan demikian biaya produksi perunit adalah lebih tinggi daripada
bila skala ekonomis tersebut dapat dinikmati.
b. Pengembangan
Teknologi dan Inovasi
Seperti halnya
dalam pasar monopoli, perusahaan-perusahaan dalam pasar oligopoly juga
memperoleh keuntungan melebihi normal. Keuntungan lebih dari normal dalam
jangka pendek ini dapat terus dipertahankan dalam jangka panjang. Dengan
demikian dalam perusahaan oligopoli terdapat dana yang cukup untuk membiayai
penyelidikan yang diperlukan untuk mengembangkan terknologi dan melakuakn
inovasi.
Dorongan untuk
mengembangkan teknologi dapat terus berlanjut karena perusahaan dalam oligopoly
tidak dapat mengandalkan upaya menarik konsumen melallui persaingan harga yang
pada akhirnya akan menimbulkan perang harga yang akan merugika perusahaan itu
sendiri. Oleh karena itu upaya menarik lebih banyak pelanggan dilakukan dengan
persaingan bukan harga. Salah satu diantaranya adalah dengan terus menerun
mengembangkan keunggulan komoditas yang diproduksinya agar tetap memiliki
keistimewaan-keistimewaan tertentu. Untuk mencapai tujuan ini perusahaan harus
terus berusaha mengembangkan teknologi dan membuat inovasi yang diperlukan.
5.
Memaksimumkan
Keuntungan Pasar Oligopoly
Penjualan sering
menambah biaya produksi dengan suatu aturan yang sederhana, yaitu menigkatkan
mempertahan kan pangsa pasar. Pegangan ini dapat membantu perusahaan oligopoli
dalam menetapkan volume penjualan, dengan mengabaikan interdependensi dan
reaksi pesaing. Perusahaan hanya melihat peranan skala ekonomi, pertumbuhan,
pangsa pasardan sebagainya.
Aturan-aturan seperti
ini dapat meningkatkan output penjualan di mana keuntungan perusahaan maksimum.
Memaksimumkan penjualan dapat menurunkan harga penjualan tetapi menaikkan
volume output yang dijual lebih.
Tetapi sekali lagi,
hasilnya mungkin agak konvensional. Memaksimumkan penjualan dapat menjadi
konsisten dengan maksimisasi keuntungan jangka panjang. Inilah yang diharapkan
manajer-manajer pada akhir orientasi pertumbuhan perusahaan mereka.
6.
Keseimbangan
Jangka Panjang dan Pendek
·
Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, oligopoly
dapat menyebabkan efek yang merugikan seperti ini:
v P
> MC, karenanya terdapat inefiensi alokasi sumber daya ekonomi ke
perusahaan-perusahaan dalam industry oligopolisuic.
v Perusahaan-perusahaan
oligopoly biasanya tidak berproduksi pada titik terendah kurva LAC-nya.
v Ketika
oligopoly memproduksi produk yang terdiferensiasi terlalu banyak biaya yang
dibuang untuk iklan dan perubahan model.
Namun dalam jangka panjang oligopoly juga dapat
memperoleh laba.
·
Jangka Pendek
Ekuilibrium pasar tercapai bila volume
output yang ditawarkan seluruh produsen di pasar sama dengan volume output yang
dibutuhkan oleh seluruh konsumen.
7.
Kebaikan
dan Keburukan Pasar Oligopoli
·
Kebaikan pasar
Oligopoli:
i.
Efisiensi. Terkadang
dipasar hanya dibutuhkan sedikit perusahaan saja sehingga perusahaan lain hanya
akan mempersengit persainagn sehingga menaikan biaya produksi.
ii.
Karena yang terlibat
dipasar hanya sedikit perusahaan, maka jika mereka bersaing akan lebih
menguntungkan konsumen dari segi harga dan mutu produk karena jika salah satu
perusahaan tersebut menaikan harga, pelanggannya langsung berpindah ke
perusahaan bersaing.
·
Keburukan pasar
Oligopoli:
i.
Dibutuhakan investasi
dan modal yang besar untuk memasuki pasar karena adanya skala ekonomis yang
telah diciptakan oleh perusahaan yang berada di pasar sehingga sangat sulit
untuk memasuki pasar.
ii.
Dalam pasar mungkin
saja terdapat perusahaan yang memegang hak paten atas sebuah produk sehingga
tidak mungkin lagi bagi perusahaan lain untuk memproduksi produk yang sama.
iii.
Beberapa perusahaan
dalam pasar mungkin telah memiliki pelanggan/konsumen yang setia sehingga
perusahaan yang lain sulit untuk menyaingi perusahaan tersebut.
iv.
Adanya hambatan jangka
panjang seperti pemberian hak waralaba oleh pemerintah sehingga perusahaan lain
tidak bisa memasuki pasar.
v.
Kemungkinan terjadinya
kolusi antara perusahaan di pasar sehingga membentuk monopoli dan merugikan
masyarakat.
8.
Model Oligopoli
Begitu
kompleksnya situasi dalam pasar oligopoly, sehingga para ekonom mengembangkan
berbagai modal untuk menganalisis perilaku oligopolies. Sayangnya, tidak ada
satupun model yang dapat diterima secara umum sebagai model terbaik. Berikut
ini akan disampaikan beberapa model oligopoly yang dikembangkan oleh para
ekonom:
a.
Model Permintaan Yang Patah (
Kinked Demand Model )
Model
ini dikembangkan oleh P.M. Sweezy (1939). Sweezy beranggapan bahwa kalau ada
produsen dalam pasar oligopoli yang berusaha menaikkan harga maka ia akan
kehilangan langganan karena tak ada produsen lainnya yang bersedia menaikkan
harga. Namun sebaliknya, produsen dalam pasar oligopoli tidak dapat memperluas
pasar dengan menurunkan harga sebab para pesaing akan menurunkan harga dengan
tingkat yang lebih rendah lagi. Akibatnya terjadilah perang harga. Dalam hal
ini para produsen dalam pasar oligopoli saling mempengaruhi pasar oligopoli
tidak dapat memperluas pasar dengan menurunkan harga sebab para pesaing akan
menurunkan harga dengan tingkat yang lebih rendah lagi. Akibatnya terjadilah
perang harga. Dalam hal ini para produsen dalam pasar oligopoli saling
mempengaruhi, tetapi tidak melakukan kolusi (kesepakatan).
b.
Model Cournot ( Cournot Modal )
Model
Cournot yang disebut juga duopoli dikembangkan oleh Augustin Cournot seorang
ahli ekonomi berkebangsaan Perancis pada tahun 1838. Asumsi utama dari model
ini adalah bahwa jika perusahaan telah menentukan tingkat produksinya, ,aka
perusahaan tersebut tidak akan mengubahnya. Atas dasar asumsi inilah perusahaan
pesaingnya akan menentukan tingkat produksinya. Dalam pasar duopoli hanya
terdapat dua perusahaan yang menjual produk yang homogen, dengan demikian hanya
terdapat satu harga pasar. Harga pasar ditentukan oleh keseimbangan antara
jumlah total output yang dihasilkan oleh dua perusahaan dengan permintaan
pasar.
c.
Model Stackelberg ( Stackelberg
Model )
Dalam
model Stackelberg diasumsikan bahwa di pasar terdapat dua perusahaan, satu
bertindak sebagai pemimpin (leader firm) dan satu perusahaan berlaku sebagai
pengikut (follower). Perusahaan yang bertindak sebagai pemimpin mempunyai
kewenangan untuk menentukan jumlah output yang akan dihasilkan untuk memperoleh
keuntungan maksimum. Atas dasar jumlah output yang telah ditentukan oleh
perusahaan pemimpin ini, perusahaan pengikut akan bereaksi sesuai dengan
ketentuan pada model Cournot, yaitu menganggap bahwa perusahaan pemimpin tidak
akan mengubah tingkat outputnya.
d.
Modal Perusahaan Dominan ( The
Dominan Firm Model )
Model
perusahaan dominan adalah pengembangan lebih lanjut darimodel Stackelberg.
Dalam model ini juga terdapat perusahaan dominan yang bertindak selaku pemimpin
dasar serta perusahaan-perusahaan lain sebagai pengikut. Perbedaannya adalah
bahwa perusahaan-perusahaan pengikut tidak bereaksi mengikuti model Cournot,
melaikan mereka bereaksi seolah-olah meraka berada dalam pasar yang bersaing
sempurna. Dengan demikian perusahaan-perusahaan pengikut bertindak sebagai
penerima harga ( price taker ), yaitu akan menerima berapapun harga yang
ditetapkan oleh perusahaan pemimpin dan akan menghasilkan output pada kondisi
dimana marginal costnya sama dengan tingkat harga.
9.
Jenis-jenis Pasar Oligopoli
Berdasarkan produk
yang diperdagangkan, pasar oligopoly dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Pasar Oligopoli Murni ( Pure
Oligopoly )
Jenis ini merupakan
praktek oligopoly dimanabarang yang diperdagangkan merupakan barang yang
bersifat identik, misalnya praktek oligopoly pada produk air mineral.
b.
Pasar Oligopoli dengan
Pembedaan ( Differentiated Oligopoli )
Pasar ini merupakan
suatu bentuk praktek oligopoly dimana barang yang diperdagangkan dapat
dibedakan, misalnya pasar sepeda motor di Indonesia yang dikuasai oleh beberapa
merek terkenal seperti Honda, Yamaha an Suzuki.
10. Hambatan dalam Persaingan
Oligopoli
Biasanya perusahaan
yang bermain dalam persaingan oligopoly adalah perusahaan yang telah mapan,
baik dalam segi pengalaman, mosal, sumber daya (manusia dan bahan baku) serta
teknologi. Oleh karena itu, untuk persaingan oligopoly agaknya sukar bagi
perusahaan baru untuk memasukinya, terutama pada persaingan yang didalamya
terdapat kesepakatan/kartel.
Adapun
hambatan-hambatan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
Skala Ekonomi
Perusahaan yang telah lama berproduksi dan beroperasi
relative lebih memiliki kesempatan untuk menikmati skala ekonomis, karena untuk
memperbesar produksinya perusahaan tersebut cukup menambah dari produksi yang
sudah ada, sehingga sangat memungkinkan untuk menurunkan biaya produksi dan
relative akan mampu menjual produksinya dengan harga yang relative lebih murah
bila dibandingkan para pendatang baru
Ongkos Produksi yang Berbeda
Perusahaan bisa menurukan biaya produksi dengan membuka kapasitas
produksi baru daripada tetap menggunakan kapasitas yang lama dan seterusnya,
sementara bagi perusahaan baru hal itu dilakukan karena harus mengeluarkan
segala macam biaya yang tidak disertai dengan produksi langsung (misalnya biaya
pendidikan karyawan agar menjadi terampil).
Keistimewaan Hasil Produksi
Bagi perusahaan yang telah lama
berdiri dan sama lamanya dengan produk yang dihasilkan menyebabkan produk
tersebut menjadi terkenal oleh masyarakat dan menciptakan konsumen yang loyal
pada produknya. Selain itu, berhubung dengan tingkat kerumitan produk yang
dihasilkan membuat perusahaan baru haruslah dengan cermat dan hati-hati
mempelajarinya, sehingga membutuhkan waktu yang lama, sementara bagi perusahaan
lama hal tersebut adalah hal biasa.
Selanjutnya,
keistimewaan lain adalah bahwa perusahaan lama menghasilkan produk yang
berfungsi sama akan tetapi disesuaikan dengan tingkatan pemakaiannya. Misalkan,
INTEL, perusahaan penghasil processor terkenal, sebelumnya bersaing dengan
Cyrix dan AMD dengan mengandalkan produknya, yaitu Intel Pentium (1-4). Akan
tetapi, berhubung banyak pemakai komputer (PC) hanya untuk menjalankan
operasi-operasi/program biasa seperti pengolah data, spreadsheet dan tampilan
slide yang hanya membutuhkan procesor biasa yang umumnya diisi oleh Cyrix dan
AMD, maka INTEL pun membuat Celeron dengan harga relatif sama dengan
pesaingnya, namun dengan kemampuan sama dengan pendahulunya (Pentium 1-4).
11. Contoh
yang Berhubungan dengan Pasar Oligopoli
Industrusi transportasi udara dan TELKOM mewarisi struktur
pasar monopoli-oligopoli. Kedua industri ini sangat padat moral, sehingga di
masa lalu negara mengambil inisiatif dengan memprakarsai lebih dulu melalui
pembentukan BUMN. Tetapi lambat laun swasta mulai masuk ke dalam pasar tersebut
sehingga semakin banyak pesaing-pesaing baru yang terlibat. Industri
transportasi udara telah berhasil melakukan transformasi dari pasar monopoli
menjadi pasar yang bersaing dengan tekanan pasar yang memaksa terjadinya
efisiensi. Akhirnya konsumen memperoleh manfaat yang besar karena biaya
transportasi udara semakin murah. Tetapi industri telekomunikasi belum berhasil
melakukan transformasi seperti itu.
Telkom di dalam pasar telekomuniasi masih sangat dominan
sehingga mekanisme persaingan yang sehat masih belum sepenuhnya terwujud dengan
baik.
Struktur pasar seperti ini masih menjadi kendala bagi efisiensi pelaku
didalamnya dan masih belum berhasil menurunkan tarif telepon sampai setara
dengan negara-negara lainnya. Sebagai contoh, ketika kita berada di negara AS, Australia,
atau Eropa dan iseng menelepon ke Jakarta, maka carilah kartu telepon
internasional. Kita dapat menelepon ke Jakarta sampai kuping panas dengan tarif
sangat murah, hanya beberapa dolar saja. Ini terjadi karena pasar dibuka dan
ditransformasikan menjadi pasar yang lebih bersaing dengan banyak pelaku-pelaku
pasar di dalamnya.
Telkom dalam waktu cepat atau lambat akan mengalami tekanan
dari publik, konsumen, media dan parlemen untuk masuk ke dalam pasar yang lebih
bersaing secara sehat. Pasar telekomunikasi seluler masih bersifat oligopolis
dengan tarif yang sangat mahal. Lambat laun produk-produk teknologi baru dalam
bidang komunikasi ternyata memberi tekanan pada persaingan yang lebih dan
semakin terbuka luas. Produk Flexi, Esia dan sejenisnya mulai memberi tekanan
pada pasar seluler sehingga membuat banyak item biaya yang dikurangi.
Pulsa untuk internet yang mahal mulai mendapat tekanan yang
kuat dari produk-produk GPRS, yang memberikan tarif cukup murah untuk pemakai
layanan internet. Jadi, dengan teknologi dan informasi yang semakin terbuka,
konsumen dan masyarakat luas akan semakin mendapat akses yang lebih banyak pada
pasar telekomunikasi. Pada gilirannya, harga pulsa telepon akan lebih murah.
Contoh lainnya adalah masuknya Petronas dan Shell membuat praktek monopoli
penjualan BBM di Indonesia berakhir. Pertamina kini memiliki pesaing. Untuk
mempertahankan pasarnya Pertaminan harus dapat meningkatkan daya saing dengan
melakukan inovasi, efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan usahanya.